Rabu, 21 November 2012

Menghindari Plagiarisme: Parafrase, Ringkasan, & Kesimpulan


Menghindari Plagiarisme:
Parafrase, Ringkasan, & Kesimpulan


Cara lain untuk menghindari menjadi seorang plagiat adalah dengan melakukan kutipan tidak langsung. Mengutip secara tidak langsung dapat dimanifestasikan dalam tiga bentuk yakni membuat parafrase, meringkas atau menyusun kesimpulan. Ketiga hal ini adalah cara pengutipan yang membutuhkan keahlian yang berbeda. Bab ini berhubungan dengan cara pengutipan tidak langsung tersebut serta cara penulisan sumber kutipan didasarkan pada gaya APA.



10.1. Parafrase

Parafrase merupakan salah satu cara meminjam gagasan/ide dari sebuah sumber tanpa menjadi plagiat. Menurut Kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionary, parafrase merupakan “cara mengekspresikan apa yang telah ditulis dan dikatakan oleh orang lain dengan menggunakan kata-kata yang berbeda agar membuatnya lebih mudah untuk dimengerti.” Dengan kata lain pengutipan yang dilakukan dalam parafrase merupakan kutipan yang menggunakan kata-kata sendiri untuk mengungkapkan ide yang sama. Selain membuat gagasan tersebut lebih mudah untuk dimengerti, parafrase dapat juga digunakan untuk menjaga koherensi dan keutuhan alur tulisan.
                Menurut OWL purdue, parafrase didefinisikan sebagai berikut: 1) kemampuan seseorang untuk menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-katanya sendiri dan ditampilkan dalam bentuk yang baru, 2) merupakan cara yang legal dan syah dalam meminjam gagasan orang lain, 3) sebuah pernyataan ulang (restatement) yang lebih lengkap dan detail dibandingkan dengan sebuah ringkasan. Parafrase merupakan sebuah keahlian yang sangat berharga karena:
  1. parafrase lebih baik dibandingkan dengan mengutip informasi dari sebuah paragraf atau tulisan yang kurang menonjol.
  2. Parafrase membantu penulis untuk mengontrol cobaan melakukan kutipan yang terlalu sering.
  3. Proses mental yang dibutuhkan bagi keberhasilan sebuah prafrase membantu penulis untuk memahami sepenuhnya makna teks sumber yang akan ia sadur.
                Setiap penulis memiliki dan mengembangkan tekniknya sendiri untuk mengembangkan keahlliannya dalam melakukan parafrase. Teknik tersebut bersifat unik. Bagi penulis pemula, ia perlu belajar mengembangkan keahlian membuat parafrase. Jika kalian belum terbiasa melakukan parafrase, berikut ini adalah 6 langkah efektif dalam melakukan parafrase seperti yang diberikan oleh panduan OWL Purdue:
  1. bacalah kembali teks sumber sampai kalian memahami benar isi teks tersebut
  2. singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam sebuah kertas.
  3. Buatlah daftar beberapa kata dibawah parafrase kalian tadi untuk mengingatkan kalian kembali pada cara kalian memahami naskah asli tersebut. Di atas kartu catatan tadi, tuliskan kata kunci yang menunjukkan subjek atau tema parafrase kalian.
  4. Bandingkan tulisan parafrase kalian tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase tersebut.
  5. Gunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi, atau frase yang kalian pinjam dari naskah asli, dan yang kalian ambil sama pesis dengan naskah asli.
  6. Tuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan kalian sehingga ini mempermudah kalian untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi, bila kalian bermaksud mengambil parafrase tersebut

                Jika kalian masih memiliki kesulitan dalam melakukan parafrase, maka mulailah berlatih dari tingkatan yang termudah terlebih dahulu, yakni membuat parafrase pada taraf kalimat. Jika kalian telah cukup mahir dalam melakukan parafrase kalimat, maka buatlah parafrase untuk sebuah paragraf. Berikut ini adalah contoh parafrase untuk tingkat kalimat terlebih dahulu:
Contoh 1:
kalimat asli                  : Sebuah kejutan di bidang realita maya (virtual reality) terjadi pada tahun 1961 dengan kemunculan Sensoramanya Heilig.
Parafrase                     : Hasil karya Heillig yang dikenal dengan nama Sensorama membawa perubahan yang signifikan dalam sejarah realita maya (krisnawati, 2000, hlm 55).
Contoh 2:
kalimat asli                  : Komputer mampu membawa orang ke tempat-tempat yang belum pernah bisa mereka kunjungi sebelumnya, termasuk ke permukaan planet lain.
Parafrase                     : Melalui komputer, orang dapat pergi ke tempat yang belum pernah mereka kenal. (Krisnawati, 2000, hlm 57).
                Sebagai pemula, parafrase diatas masih diijinkan. Namun jika kalian telah belajar dan memiliki keahlian melakukan parafrase, baik Booth maupun panduan dari OWL universitas Purdue menjelaskan bahwa parafrase yang sangat mirip dengan naskah aslinya masih dianggap sebagai melakukan plagiasi, sekalipun sumber aslinya dicantumkan disana. Ini merupakan hal yang sangat pelik dan memerlukan banyak latihan. Sebagai contoh simaklah contoh 3 & 4 yang merupakan terjemahan dari contoh yang diberikan oleh Booth dan naskah panduan penulisan OWL Purdue.

Contoh 4:
 Naskah Asli:
Sangatlah pelik untuk mendefinisikan plagiasi saat kalian melakukan ringkasan atau parafrase. Keduanya memang berbeda, tetapi batas-batas parafrase dan ringkasan sangatlah tipis sehingga kalian tidak menyadari jika kalian berpindah dari melakukan parafrase menjadi meringkas, kemudian berpindah ke malakukan plagiasi. Apapun tujuanmu, parafrase yang sangat mirip dengan naskah asli dianggap sebagai melakukan plagiasi, meskipun kalian telah menuliskan sumbernya (Booth et al., 2005, hlm 203).

Paragraf dibawah ini dianggap hasil plagiasi karena parafrase yang sangat mirip dengan naskah aslinya:
Sangatlah sulit untuk mendefinisikan plagiasi saat ringkasan dan parafrase terlibat didalamnya, karena meskipun mereka berbeda, batas-batas keduanya sangatlah samar, dan seorang penulis mungkin tidak mengetahui kapan ia melakukan ringkasan, parafrase atau plagiasi. Meski demikian, parafrase yang sangat dekat dengan sumbernya diperhitungkan sebagai hasil plagiasi, meskipun sumber aslinya dicantumkan disana.

Contoh berikutnya menunjukkan parafrase yang berada diperbatasan antara plagiasi dan yang diijinkan:
Sangatlah sulit untuk membedakan antara ringkasan, parafrase dan plagiasi. Kalian berisiko melakukan plagiasi jika kalian melakukan parafrase yang sangat mirip, meskipun kalian tidak bermaksud untuk melakukan plagiasi dan mencantumkan sumber naskah aslinya.

Kata-kata dalam paragraf diatas masih dapat dilacak sumbernya oleh seorang pembaca yang teliti, jika ia pernah membaca sumber tersebut. Berikut ini adlah contoh parafrase yang aman dan tidak dianggap sebagai plagiasi:
Menuruth Booth, Colomb, dan Williams, penulis terkadang melakukan plagiasi tanpa mereka sadari karena mereka menggira melakukan ringkasan, saat mereka melakukan parafrase yang terlalu mirip dengan naskah asli, suatu aktifitas yang disebut plagiasi. Bahkan saat aktifitas tersebut dilakukan dengan tidak sengaja dan sumber pustakanyapun dituliskan (hlm 203).


10.2. Ringkasan

Berbeda dengan parafrase, ringkasan merupakan cara mengutip tidak langsung dengan mengambil intisari dari sebuah tulisan. Dalam ringkasan, penulis mengungkapkan gagasan yang sama, namun tidak memberikan penjelasan secara detail. Ringkasan merupakan pernyataan singkat tentang poin-poin yang penting. Dengan kata lain, ringkasan merupakan parafrase gagasan utama dari sebuah naskah asli. Sebagai contoh, ringkasan untuk naskah asli dalam contoh 3 & 4 diatas adalah sebabagi berikut:

Contoh 3:
Batas-batas antara ringkasan, parafrase dan plagiasi sangatlah tipis, sehingga membuat seseorang tergelincir melakukan plagiasi, sekalipun ia telah mencantumkan sumber aslinya.

Contoh 4:
Mahasiswa sebaiknya hanya melakukan sedikit catatan bagi kutipan langsung dari sumber asli untuk membantu meminimalkan jumlah materi yang dikutip secara langsung dalam paper ilmiah (Lester 46-47).

10.3. Menyimpulkan

Membuat kesimpulan dari sebuah tulisan atau paragraf yang mengandung gagasan merupakan teknik lain dalam pengutipan tidak langsung sekaligus menjadi teknik lain untuk menghindari plagiarisme. Seperti arti katanya, menyimpulkan merupakan menarik suatu gagasan tertentu yang dilakukan pembaca dari informasi yang dinyatakan dalam teks yang ia baca. Berbeda dengan ringkasan, gagasan yang dinyatakan dalam kesimpulan tidak dituliskan secara eksplisit dalam teks yang dibaca, namun pembaca harus menggunakan apa yang ia pahami dari teks tersebut untuk bisa sampai ke kesimpulan. Sama seperti dalam melakukan parafrase, penarikan kesimpulan bisa dilakukan dalam skala terkecil, yakni kesimpulan dari sebuah kalimat.
                Dalam logika, yang merupakan ilmu kesimpulan, untuk dapat menarik kesimpulan dibutuhkan minimal dua premis, yakni premis mayor dan premis minor. Agar kesimpulannya memiliki arti, dua kondisi yang berbeda harus dipenuhi (kamp & Reyle,1993, hlm 13) yakni: 1) premis yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan harus dapat dipercaya keabsahannya, 2) kesimpulan yang ditarik dari premis tersebut harus memiliki relasi yang menjamin keabsahan premis yang nantinya ditransfer ke kesimpulan. Persyaratan berikut inipun harus dipenuhi dalam rangka mengambil kesimpulan: relasi antara premis dengan kesimpulan yang menjamin transsfer kebenaran merupakan relasi formal, artinya relasi tersebut dapat dianalisasebagai relasi antara bentuk-bentuk kalimat. Contoh klasik tentang penarikan kesimpulan bisa dilihat dibawah ini:

Semua P adalah Q
Semua Q adalah R
Maka  semua P adalah Q            atau

Semua manusia akan mati
Aristoteles adalah seorang manusia
Maka  Aristoteles akan mati.
               
                Dari kedua contoh diatas, kita bisa melihat, mengamati dan membaca, bahwa apa yang dinyatakan dalam kesimpulan tidak dituliskan secara eksplisit dalam kalimat sumber, namun dari kedua premis tersebut, sebuah kesimpulan bisa ditarik. Kesimpulan yanag ditarik harus memenuhi  persyaratan yang telah ditetapkan, sehingga kesimpulan berikut ini tidaklah valid menurut hukum logika berpikir yang ditetapkan oleh Aristoteles ini: ‘Ada R di dalam P’ atau ‘Aristoteles adalah manusia yang tidak akan mati’. Pengambilan kesimpulan dalam memahami suatu teks dan informasi juga mengikuti hukum pengambilan kesimpulan dalam logika. Sehingga kesimpulan yang bisa ditarik dari naskah asli dalam contoh 3 & 4 diatas adalah sebagai berikut:
Contoh 3:
Kesimpulan:   Melakukan parafrase, ringkasan dan mencantukan sumber asli tidaklah otomatis membebaskan seseorang dari aktifitas plagiasi, jika parafrase dan ringkasan tersebut sangat mirip dengan naskah aslinya.
Contoh 4:
Kesimpulan: Proses penulisan catatan menentukan seberapa banyak kutipan langsung yang akan dilakukan mahasiswa saat menulis paper ilmiahnya.

Contoh paragraf yang menerapkan parafrase dan kesimpulan:

Sebagian besar penelitian dan aplikasi Sistem Dialog cenderung menggunakan inisiatif tunggal (Yang & Heeman, 2007). Penelitian-penelitian yang menggunakan inisiatif ganda berusaha keras untuk memecahkan persoalan pengelolaan inisiatif (Chu-Carol & Brown, 1997; Ramakhrisnan, 2002; Yang & Heeman, 2007). Sebagian dari penelitian ini melakukan eksperimen dengan pembuatan sistem secara nyata, namun ada juga yang didasarkan pada simulasi. Penelitian terdahulu yang dilakukan penulis (Krisnawati, 2007) berusaha mengimplementasikan sistem dialog dengan dialog inisiatif ganda namun masukan dan luaran masih berbentuk teks. Dengan demikian pengguna dan sistem berkommunikasi dalam sebuah konsul dimana pengguna mengetikkan masukan dengan bahasa alami melalui papan ketik dan sistem menampilkan luaran dalam bentuk teks juga.

10.4.   Pencantuman Sumber Pustaka dalam Kutipan Langsung dan Tidak Langsung

Menurut APA, penulis memiliki beberapa pilihan dalam pencantuman sumber pustaka saat ia melakukan parafrase, ringkasan, kesimpulan maupun kutipan langsung. Pilihan-pilihan tersebut adalah:
1.        meletakkan nama penulis dan tahun dalam sebuah kurung -- membuat catatan perut di tempat yang dianggap tepat, yakni di dalam atau di akhir sebuah kalimat.
Contoh: Para peneliti mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga terlatih menjadi faktor penghalang dalam penyediaan pendidikan (Fischer, 1999), dan pelayanan kesehatan yang layak (Weist & Christodulu, 2000).               
2.    Mencantumkan tahun saja dalam catatan perut tersebut:
        Contoh: Friedl (1999) menyatakan ”Ekspresi teratur (Regular Expression) disusun berdasarkan dua jenis karakter, yakni kaarakter spesial yang disebut sebagai metakarakater, dan karakter literal, yaitu karakter teks normal” (hlm 5).
3.    mengintegrasikan nama penulis dan tahun di dalam kalimat:
        Contoh: Di tahun 2001, Weist mengusulkan untuk menggunakan Skema Perencanaan Anak dan Orang Dewasa untuk menganalisa perkembangan program kesehatan mental masyarakaat bagi generasi muda.
4.    Jika  tidak ada  indikasi  penyebutan nama penulis dalam kalimat-kalimat sebelumnya, maka tuliskan nama pengarang, tahun dan halaman dalam catatan perut, khususnya untuk pengutipan langsung:
       Contoh: "Mahasiswa sering memiliki kesulitan dalam menerapkan gaya penulisan APA," (Jones, 1998, hlm. 199).
5.    Dalam membuat catatan perut untuk parafrase, ringkasan dan kesimpulan, kalian diijinkan hanya menuliskan nama pengarang dan tahun saja. Pencantuman nomor halaman dalam catatan perut bukan suatu keharusan, namun suatu pilihan. Namun demikian format APA menyarankan juga untuk mencantumkan nomor halaman seperti dalam ketentuan no 4:
        contoh: Gaya APA menjadi format kutipan yang sulit bagi penulis pemula yang baru mempelajarinya (Jones, 1998, hlm. 199).

10.5. Penulisan Daftar Rujukan (referensi) dan Daftar Pustaka

Untuk menuliskan daftar pustaka dan referensi berdasarkan format APA, ikuti petunjuk dibawah ini:
1.  Untuk jenis referensi buku, dengan penulis tunggal:
Baxter, C. (1997). Race equality in health care and education. Philadelphia: Balliere Tindall.
2.  Buku: Editor sebagai ganti nama pengarang:
Stock, G., & Campbellm J. (Eds). (2000). Engineering in human germline: An exploration of the science and ethics of altering the genes we pass to our children. New York: Oxford University Press.
3.  Manuskrip buku: telah dikirim tetapi belum diterbitkan; 3-6 pengarang:
Walrath, C., Bruns, E., Anderson, K., Siegel, M & Weist, M.D. (2000). The Nature of expanded school mental health services in Baltimore City. Manuscript submitted for publication.
4. Review buku: 2 pengarang:
Grabill, C.M., & Kaslow, N.J. (1999). An ounce of prevention: Improving children's mental health for the 21st century [Review of the book Handbook of prevention and treatment with children and adolescents]. Journal of Clinical Child Psychology,28, 115-118.
5. Brosur atau pamphlet, tanpa pengarang dan tanggal:
Inside these doors: A guidebook of elfreth's Alley homes [Brochure]. (n.d). Philadelphia: Elfreth's Alley Association.
6. Bab dalam karya yang diedit:
Roy, A. (2005). Psychiatrc emergencies. In H.I. Kaplan & B.J. Sadock (Eds.), Comprehensive textbook of psychiatry (6th ed., pp1739-1752). Baltimore: Williams & Wilkin.
7.  Disertasi, tesis, skripsi:
Fisher, C.J. (1999). The status of health education in California's public school districs: A Comparison to state and national recommendations and status reports (Doctoral dissertation, University of Southern California, 1999). Dissertation Abstracts International, 61, 1926.
8. Abstrak disertasi yang diperoleh dari sumber online:
Embar-Seddon,A.R. (2000). Perception of violence in the emergency department[Abstract].  Dissertation Abstracts International, 61, (02), 776A. (UMI no. 99678). Diakses 23 Agustus, 2006 dari http://wwwlib.umi.com/dissertations/fulcit996789
9. Artikel dari sebuah jurnal, peulis tunggal:
Roy, A. (2002). Suicide in chronic schizophrenia. British Journal of Psychiatry, 141, 171-177.
10. Artikel jurnal, 3-6 penulis:
Baldwin, C.M., Bevan, C., & Beshaske, A. (1997). At risk minority population in a church-based clinic: communication basic needs. Journal of Multicultural Nursing & Helath. 6(2). 26-28.
11. Artikel jurnal dengan lebih dari 6 pengarang:
Yawn, B., Algatt, P., Yawn, R., Wollan, C., Greco, M., Gleason, M., et al. (2005). An in-scholl CD-ROM asthma education program. Journal of School Health, 70, 153-159.
12.  Artikel jurnal, versi elektronik:
Weist, M.D. (2001). Toward a public health promotion and intervention system for youth. Journal of School Health, 71(3), 101-104, diakses 23 Agustus, 2002, dari ProQuest database.
13. Artikel di majalah:
Greenberg, G. (2001, Agustus 13). As good as dead: Is there really such a thing as brain death? New Yorker, 36-41. [gunakan no volume, jika ada]
14. Artikel di surat kabar, tanpa pengarang, dan berupa versi elektronik yang ditemukan berdasarkan hasil searching:
Mad-cow may tighten blood-donor curbs. (2001, 1 April).The Gazette. [Montreal], hlm. A13. Diakses 25 Agustus 2001, dari Lexis-Nexis database.
15. Artikel online yang dimuat di sebuah website khusus:
Albanese, J. (2001). How can we reach teenage smokers? Diakses 13 September 2001, dari http://msweb.nursingspectrum.com/cc/ce/ce229.htm
16 Web site
[menurut APA, alamat keseluruhan website boleh dikutip di dalam teks, tetapi tidak boleh dimasukkan ke daftar referensi atau daftar pustaka. Cara perujukan dilalkukan dengan catatan perut, atau catatan kaki, Namun catatan perut lebih disukai. ]

2 komentar:

  1. nice inpoh... tks y..

    BalasHapus
  2. Anonim11.17.00

    Putri Islami: Menghindari Plagiarisme: Parafrase, Ringkasan, And Kesimpulan >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Putri Islami: Menghindari Plagiarisme: Parafrase, Ringkasan, And Kesimpulan >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Putri Islami: Menghindari Plagiarisme: Parafrase, Ringkasan, And Kesimpulan >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    BalasHapus